Gempa Nepal : Penjelasan Bapak Awang Satyana

GEMPA NEPAL 25 APRIL 2015: GEMPA DI PEGUNUNGAN BENTURAN HIMALAYA
Berikut cerita tentang sebuah gempa besar yang terjadi di Nepal dua hari yang lalu, saya tag-kan di wall saya ke beberapa kawan pengamat kegempaan dan kawan-kawan yang pernah treking di Pegunungan Himalaya dengan pesan waspada bila berkunjung ke Nepal atau melakukan trekingdi area Pegunungan Himalaya di wilayah Nepal sampai setahun ke depan, gempa susulannya dengan magnitudo 5-6 masih akan melanda (menurut prediksi USGS), sebab yang dilemahkan oleh gempa utama tak mustahil akhirnya diruntuhkan oleh gempa-gempa susulannya.
————————————————–
Sekitar 700 – 1000 orang diperkirakan tengah mendaki Pegunungan Himalaya di berbagai kawasan Nepal pada hari Sabtu 25 April 2015 dua hari lalu. Menjelang tepat tengah hari waktu setempat, pukul 11:56, tiba-tiba seluruh kawasan Nepal dan negara-negara sekitarnya di kawasan Pegunungan Himalaya bergoncang hebat selama dua puluh detik. Gempa besar!
Dalam beberapa menit kemudian berkat stasiun-stasiun gempa yang disebar di seluruh permukaan Bumi, para ahli gempa mengetahui bahwa goncangan itu akibat gempa besar dengan magnitudo 7,8 Mw (sekitar 7,6-8,0 dalam skala Richter) yang episentrumnya (pusat gempa proyeksi di permukaan) di 77 km di sebelah baratlaut Kathmandu –ibu kota Nepal, berasal dari pematahan batuan secara naik dengan kemiringan landai 11 derajat pada jurus 295 derajat (thrust) pada kedalaman pusat gempa (hiposentrum) 15 km. Gempa besar, patahan naik, kedalaman dangkal kalau di laut pasti telah menyebabkan tsunami hebat. Tetapi ini terjadi di lereng pegunungan paling tinggi di dunia, Pegunungan Himalaya, maka runtuhlah beberapa tubuh gunung (!).
Goncangan gempa di lereng Pegunungan Himalaya ini telah memicu longsoran besar berasal dari gunung bersalju (avalanche). Sebuah kawasan gunung bersalju 220 km di sebelah timur episentum gempa runtuh, para pejabat Nepal menyebutnya Khumbu Icefall, longsoran menerjang tanpa ampun perkemahan para pendaki Himalaya di bawahnya, membunuh paling sedikit 19 orang melukai paling sedikit 37 orang. Puluhan pendaki di sekitarnya terpotong jalurnya dan terdampar tersesat di Pegunungan Himalaya, 61 orang di antaranya saat ini telah ditemukan. Salah satu korban tewas adalah Dan Fredinburg, seorang insinyur Google yang bersama kawan-kawannya tengah mendaki Himalaya dan beberapa hari sebelumnya aktif mendokumentasikan perjalanannya melalui media sosial…
Sampai sore ini korban gempa Nepal 25 April 2015 ini tercatat hampir 11.000 orang dengan korban tewas 3300 orang. Korban terbesar berasal dari kebangsaan Nepal, India, lalu Cina yaitu negara-negara yang mendiami dan tak jauh dari Pegunungan Himalaya. Ada 34 warga negara Indonesia di Nepal saat ini, 17 orang sudah ditemukan selamat, sisanya belum diketahui. Jumlah korban ini tentu akan semakin bertambah sebab pencarian dan evakuasi korban gempa masih terus dilakukan. Sekitar lima puluh negara di dunia telah menyatakan secara resmi rasa dukanya kepada pemerintah Nepal, dan sebagian langsung mengirimkan bantuan dana bencana atau tenaga untuk melakukan pencarian, evakuasi, dan tindakan darurat lainnya, termasuk Indonesia (menurut Wikipedia, 27 April 2015).
MERUNTUHKAN BANYAK BANGUNAN BERSEJARAH “WARISAN DUNIA”
Tidak hanya menelan korban yang besar, gempa Nepal 25 April 2015 ini juga telah meruntuhkan banyak bangunan-bangunan keagamaan bersejarah di kawasan Nepal dan sekitarnya yang telah dikategorikan PBB (Unesco) sebagai Warisan Dunia. Bangunan-bangunan bernuansa agama Budha dan sebagian Hindu ini banyak yang runtuh. Ini sama dengan ketika gempa di kawasan Yogyakarta dan sekitanya merusak Borobudur atau Prambanan, dua warisan dunia yang ada di Indonesia yang dibangun para pemeluk Budha dan Hindu pada abad ke-9 sampai abad ke-10.
Surat kabar setempat, The Nation, pada 26 April kemarin memuat daftar bangunan keagamaan yang runtuh/ rusak akibat gempa tersebut dengan judul berita, “Historical monuments lost forever”. Kathmandu Durbar Square runtuh, Dharahara tower, yang dibangun tahun 1832 juga runtuh, membunuh paling sedikit 180 orang. Bangunan-bangunan lain yang dilaporkan runtuh/ rusak adalah Manakamana Temple di Gorkha, sisi utara Janaki Mandir Temple, Kasthamandap, Panchtale temple, bangunan sembilan lantai Basantapur Durbar, Dasa Avtar temple, Krishna Mandir dan dua candi kecil yang berlokasi di Shiva Parvati temple, Kumari Temple, Bhawani, Jay Bageshwori Temple di Gaushala, Pashupatinath Temple, Swyambhunath, Boudhanath Stupa, Ratna Mandir, Rani Pokhari, and Sekolah Tinggi Durbar. Di wilayah Patan, Nepal, yang runtuh juga adalah Char Narayan Mandir, patung Yog Narendra Malla, Patan Durbar Square, Taleju Temple, Hari Shanker dan Uma Maheshwor Temple, Machhindranath Temple Bungmati. Di Tripureshwor, yang runtuh adalah Kal Mochan Ghat, sebuah candi yang diinspirasi arkitektur Mughal hancur lebur. Di Bhaktapur, beberapa monumen, termasuk Fasi Deva temple, Chardham temple dan Vatsala Durga Temple yang dibangun abad ke-17 sebagian hancur.
Di wilayah Lembah Nepal, bangunan keagamaan yang hancur adalah Manakamana Temple di Gorkha, Gorkha Durbar, Palanchowk Bhagwati di Kavrepalanchowk District, Rani Mahal di Palpa District, Janaki Mandir di Janakpur, Churiyamai in Makwanpur District, Dolakha Bhimsensthan di Dolakha District, dan Nuwakot Durbar.
Ahli sejarah Nepal Prushottam Lochan Shrestha mengatakan, “We have lost most of the monuments that had been designated as World Heritage Sites in Kathmandu, Bhaktapur and Lalitpur District, Nepal. They cannot be restored to their original states.”
TEKTONIK PEGUNUNGAN BENTURAN HIMALAYA
Pegunungan benturan (collisional orogen/ mountains), yaitu pegunungan yang dibentuk oleh benturan dua segmen litosfer Bumi, entah litosfer benua vs benua atau litosfer benua vs busur kepulauan, adalah salah satu wilayah dengan kegempaan yang tinggi. Mengapa, sebab di wilayah benturan ini dua massa segmen litosfer Bumi saling menekan (kompresi), dan patahan-patahan kompresif (sesar naik) akan dominan di wilayah benturan. Dan semua pematahan batuan akan menjadi energi kinetik yang menggoncang seluruh kawasan di sekelilingnya juga permukaan di atasnya. Goncangan itulah gempa.
Pegunungan Himalaya, pegunungan paling tinggi di Bumi, dengan puncak tertingginya yang menjadi “wuwungan” (bagian paling tinggi atap) Bumi, Mount Everest 8848 meter di atas permukaan laut, adalah pegunungan benturan hasil benturan selama puluhan juta tahun antara Sub-Benua India versus tepi selatan Benua Asia/Eurasia. Pegunungan Himalaya terdapat di Asia Selatan, memanjang melengkung dari baratlaut ke tenggara sepanjang 2400 km dari sebelah timur Pakistan sampai di sebelah baratlaut Myanmar, membentuk jalur-jalur pegunungan sejajar selebar 400 km di sebelah barat dan menyempit sampai 100 km di sebelah timur. Di kedua ujung pegunungan ini terdapat bengkokan pegunungan yang tajam (orocline) yang terbentuk sebagai efek tektonik benturan.
Sebelum mereka berbenturan yang terjadi adalah subduksi lempeng samudera di depan Sub-Benua India. India saat itu baru lepas terikat dari tepi tenggara Afrika di dekat Madagaskar. Subduksi terus terjadi yang mendekatkan India terhadap Asia, dan akhirnya berbenturanlah India dan Asia yang sekaligus melenyapkan subduksi lempeng samudera Neo/Ceno-Tethys di antaranya. “Ciuman” pertama (soft collision)Sub-Benua India terhadap Asia terjadi pada 55 juta tahun yang lalu. Dan ciuman dahsyatnya (hard collision) dimulai 40 juta tahun yang lalu. Kini, semua massa kerak bumi yang semula terletak di antara India dan Asia itu, batuan sedimen di tepi benua, batuan samudera Tethys, dan batuan metamorfik akibat benturan, serta batuan asal magma yang naik oleh aktivitas magmatik dan volkanik benturan, terangkat ribuan meter membentuk Pegunungan Himalaya.
Sebab India sampai saat ini terus bergerak ke utara dengan kecepatan 4-5 cm/tahun, seperti dibuktikan oleh pengukuran posisi menggunakan satelit (GPS), maka India masih terus merangsek Asia. Ini menyebabkan Pegunungan Himalaya bertambah tinggi dari periode ke periode. Pengangkatan Pegunungan Himalaya pada suatu saat pernah mulai mendapatkan tambahan energi, yaitu ketika bagian depan Sub-Benua India yang semula ikut menunjam di bawah Asia mengikuti lempeng samudera di depannya putus hubungannya dengan lempeng samudera tersebut (slab break-off) karena densitas lempeng benua yang lebih ringan dibandingkan densitas lempeng samudera. Slab break-off ini lalu membuat bagian depan Sub-Benua India naik kembali ke permukaan (exhumation) dan mengangkat Pegunungan Himalaya di atasnya.
Benturan India yang merangsek Asia ke utara ini oleh sebagian ahli tektonik terutama Paul Taponnier, Paul Molnar, Kevin Burke, dan Celal Sengor pada tahun 1980-an pernah diteorikan membuat bagian dunia sebelah timur dan tenggara benturan ini tergeser menjauhi pusat benturan. Taponnier dan Molnar menyebut efek ini: “extrusion tectonics”, sementara Burke dan Sengor menyebutnya “escape tectonics”. Saya meyakini itu terjadi, dan pernah membahasnya untuk Indonesia dalam dua paper yang dipublikasikan di pertemuan IAGI dan IPA seperti terlampir abstraknya.
Kembali kepada gempa Nepal 25 Maret 2015. Gempa ini terjadi di salah satu jalur sesar/patahan naik besar yang memang banyak terbentuk di zona benturan antara India dan Asia yang mengangkat Pegunungan Himalaya ini. Ada beberapa jalur sesar naik regional yang memanjang sejajar dengan Pegunungan Himalaya, yaitu: MFT (main frontal thrust), MBT (main boundary thrust), dan MCT (main central thrust). Dikatakan oleh USGS bahwa episentrum gempa Nepal tersebut berlokasi di antara MFT dan MBT. Peneliti lain ada yang mengatakan di lokasi MCT. Ini masih perlu penelitian lebih detail, terutama karena antara MBT dan MCT batasnya tak tegas dan banyak percabangannya.
Walaupun pernah tercatat gempa-gempa besar di wilayah ini, tetapi tidak sering. Selama 100 tahun terakhir di area dalam radius 250 km dari pusat gempa Nepal Sabtu lalu pernah tercatat gempa besar bermagnitudo M 6,9 pada Agustus 1988, berpusat 240 km ke sebelah tenggara gempa Nepal kemarin yang menyebabkan korban tewas hampir 1500 orang. Gempa tang palung besar di sini terjadi pada tahun 1934 dikenal sebagai gempa Nepal-Bihar dengan magnitudo M 8,0 dan berlokasi di sekitar lokasi gempa 1988, merusak secara masif Kathmandu menewaskan 10.600 orang.
GEMPA-GEMPA SUSULAN
USGS (United States Geological Survey) memprediksi sampai seminggu ke depan sejak kejadian gempa Nepal 25 April (sampai Sabtu minggu ini) dapat terjadi 3-14 kali gempa susulan dengan magnitude M≥5. Terdapat peluang 54% untuk gempa susulan dengan M≥6 dan 7% untuk gempa susulan M≥7 . Setelah ini, sampai setahun berikutnya, USGS memprediksi masih bisa terjadi gempa-gempa susulan dengan M≥5 atau M≥6. Gempa-gempa yang bisa dirasakan (M≥ 3 atau 4) masih dapat sering dirasakan sampai beberapa minggu dan bulan ke depan. Lokasi gempa-gempa susulan ini berdasarkan perkiraan sekarang terjadi sampai area sejauh 200 km dari episentrum gempa Nepal 25 April 2015. Maka pemerintah dan masyarakat Nepal masih diminta untuk siaga terus selama periode itu. Sebab gedung-gedung/ bangunan-bangunan, atau bukit-bukit yang tidak runtuh oleh gempa utama sebenarnya telah mengalami pelemahan struktur oleh gempa utama itu meskipun tidak runtuh. Lalu oleh rentetan gempa susulan berikutnya bisa menjadikannya runtuh. Harus waspada juga untuk semua wisatawan yang hendak mengunjungi Nepal dan melakukan treking ke Pegunungan Himalaya.*** (Sumber: Akun Facebook Pak Awang Satyana, 2015)

11167680_701124733367484_8505235873735181180_n

11182192_701124630034161_6110783521315911743_n

 

Gempa Nepal: Penjelasan Dr. Irwan Meilano (ITB)

Berikut penjelasan Gempa Nepal 25 April 2015 yang saya copy dari Bapak Dr. Irwan Meilano, pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB).

Gempa Nepal terjadi 25 April 2015 dengan magnitudo Mw 7.8 pada kedalaman 15km.

Gempa ini memiliki mekanisme sesar naik, dengan pergeseran maksimum pada bidang gempa mencapai 4 meter. Luas bidang yang bergeser mencapai 160x120km.

Hasil finite fault model gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Hasil finite fault model gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Goncangan yang dirasakan mencapai intensitas IX (MMI) atau goncangan sangat keras yang dapat menghancurkan bangungan yang dibangun tanpa kaidah rekayasa yang baik.

Secara tektonik wilayah Nepal dibentuk sebagai akibat proses tumbukan lempeng benua India yang masuk dibawah benua Eurasia dengan kecepatan 45mm/tahun.

Kondisi tektonik ini mengakibatkan telah terjadi beberapa gempa besar di wilayah ini, seperti gempa tahun 1934 dengan M8 yang mengakibatkan lebih dari 10 ribu jiwa menjadi korban.

Faktor yang menyebabkan jumlah korban yang banyak akibat gempa ini yaitu:

1. Gempa bermagnitudo besar yang terjadi pada lokasi yang dangkal.

2. Terjadinya berdekatan dengan Lokasi penduduk yang padat dengan infrastruktur yang tidak disiapkan
untuk menghadapi gempa besar.

3. Goncangan gempa diperkuat oleh adanya faktor amplifikasi di beberapa
tempat terutama disekitar Katmandu, yang terbentuk dari lapisan tanah
lunak yang dulunya berupa danau.

4. Goncangan gempa diikuti dengan longsoran dari beberapa tebing es ataupun batuan.

Pembelajaran bagi Indonesia

Dengan kondisi tektonik yang komplek makapotensi gempa besar bisa terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Beberapa kota besar dengan penduduk
padat di Indonesia harus dipersiapkan infrastukturnya untuk menghadapi goncangan keras akibat gempa.

Faktor amplikasi (perkuatan goncangan) seperti yang terjadi pada saat gempa Nepal atau pada saat gempa Jogja 2006, mungkin juga dialami oleh beberapa kota di Indonesia yang ditutupi oleh sedimen lunak yang tebal, seperti kota Bandung.
Kota bandung, memiliki sedimen tebal yang menutupi danau Bandung purba.

Sehingga pemahaman akan potensi bencana dan upaya mengurangi risikonya harus menjadi prioritas dalam proses pembangunan di Indonesia.

Gempa Nepal Apa Pelajaran yang Bisa Dipetik Indonesia? (KOMPAS.COM) KLIK

Sudah dan Bisa diprediksi?

Beberapa pendapat bisa dilihat di sini:

Peneliti Sudah Perkirakan Gempa Hebat Nepal? (KOMPAS.COM) KLIK

Terungkap Ada Pola Misterius dalam Sejarah Gempa Nepal (KOMPAS.COM) KLIK

Teror Belum Berakhir 30 Gempa Mengancam Nepal dalam Sebulan ke Depan (KOMPAS.COM) KLIK

USGS says predicting earthquakes impossible scientists have no way of knowing when the next one will strike (IBNLive)

Gempa Nepal, Konsekuensi Tumbukan Dua Benua

Pada hari Sabtu, 25 April 2015 tepatnya pukul 06:11 UTC, atau sekitar pukul 11:56 waktu setempat (Nepal Time UTC+5:45) terjadi gempabumi darat-dangkal yang sangat merusak di wilayah negara Nepal dan sekitarnya. Ibukota Nepal, Kathmandu adalah salah satu kota yang sangat hancur dikarenakan gempabumi ini. Hampir seluruh bangunan porak poranda bahkan banyak bangunan bersejarah dengan nilai historikal yang tinggi tidak luput dari kerusakan akibat bencana ini.

Sampai tanggal 27 April 2015, gempa ini dilaporkan telah menyebabkan korban jiwa mencapai 3300 orang dan diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat banyaknya korban yang masih terperangkap puing-puing bangunan. Dunia internasional memberikan perhatian kepada Nepal dengan mengirimkan para tim penyelamat internasional dan pasokan bantuan.

Daerah-daerah terpencil yang juga hancur diduga masih belum terjangkau sepenuhnya karena jaringan komunikasi dan transportasi yang terputus. Selain di Nepal, dilaporkan kerusakan juga terjadi di negara-negara tetangganya seperti India dan China. Setidaknya 67 orang menjadi korban tewas di India dan 20 orang di China.

Gempa ini juga telah memicu terjadinya longsoran besar di Gunung Everest yang menguburkan sebagian dari base camp para pendaki dan menewaskan sedikitnya 18 orang. Menara Dharahara, menara bersejarah yang terdiri dari sembilan lantai dan merupakan daya tarik utama wisatawan, termasuk di antara gedung-gedung yang roboh akibat gempa ini.

Rekaman seismik gempa Nepal yang di stasiun LHMI (Lhokseumawe, Aceh, Indonesia)

Rekaman seismik gempa Nepal yang di stasiun LHMI (Lhokseumawe, Aceh, Indonesia)

Berdasarkan hasil analisis terhadap rekaman seismik di stasiun-stasiun yang tersebar di seluruh dunia, posisi episenter pusat gempa menurut GFZ (lembaga penelitian ilmu kebumian Jerman) yaitu pada koordinat 28.18°N, 84.72°E pada kedalaman dangkal 18 km. Sementara menurut hasil analisis yang dirilis oleh USGS (Badan Survei Geologi Amerika Serikat), posisi pusat gempa berada pada koordinat 28.147°N, 84.708°E, pada kedalaman 15.0 km (9.3 mi). European Mediterranean Seismological Centre (EMSC) juga merilis hasil analisis pusat gempa ini yaitu berada pada koordinat 28.28 N, 84.79 E, pada kedalaman 10 km (RMS 1.19 s). EMSC menggunakan 805 fase gelombang seismik dari 801 stasiun.

Hasil analisis momen tensor GFZ terhadap rekaman seismik gempa Nepal (sumber: GFZ)

Hasil analisis momen tensor GFZ terhadap rekaman seismik gempa Nepal (sumber: GFZ)

Sementara BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Indonesia dari hasil analisis yang tidak dipublikasikan (menggunakan 167 fase gelombang seismik) menentukan pusat gempa ini pada koordinat 28.21 N, 84.72 E pada kedalaman 10 km (dengan tingkat error yang cukup tinggi: RMS 1.4).

Perbedaan-perbedaan lokasi pusat gempa yang dirilis masing-masing otoritas adalah hal yang lumrah yang disebabkan oleh perbedaan sistem analisis yang dipakai, termasuk di dalamnya perbedaan metode dan stasiun-stasiun seismik yang digunakan.

Hasil analisis moment tensor GFZ (menggunakan 62 stasiun seismik) menunjukkan kepada kita bahwa gempa ini merupakan gempa dengan tipe patahan naik (thrust) dengan parameter mekanisme sumber Bidang Nodal 1 strike 102, dip 86, slip 88, Nodal Plane 2 strike 304, dip 5 dan slip 112. Momen seismik dari gempa ini menurut hasil solusi momen tensor ini yaitu sebesar 5.7 x 10^20 Nm.

Sementara hasil analisis centroid moment tensor USGSparameter mekanisme sumber gempa ini yaitu Bidang Nodal 1 strike 295 dip 11 rake 108, Bidang Nodal 2 strike 96 dip 79 rake 87, dengan momen seismik 5.449 x 10^20 N-m.

Kekuatan gempa di sumbernya, menurut analisis momen tensor GFZ yaitu 7.8 Mw (skala magnitudo momen; magnitudo yang diusulkan sebagai tipe yang paling menggambarkan kekuatan gempa sebenarnya). Hasi; analisis seiscomp3 BMKG juga menunjukkan nilai magnitude momen (Mw) yang sama yaitu 7.8.

Pada 15 Januari 1934, wilayah ini juga pernah diguncang gempa berkekuatan 8.3 skala magnitudo, yaitu pada pusat gempa di sekitar koordinat 26.5 N, 86.5 E, pada kedalaman 10.700 km. ‘

Pada 20 Agustus 1988 daerah ini juga kembali diguncang gempa besar dengan kekuatan 6.6 skala magnitudo gelombang permukaan (Ms), pada koordinat pusat gempa di sekitar 26.8 N, 86.6 E, pada kedalaman 14.50 km. Menurut Maggs (1988) gempa ini menyebabkan korban jiwa lebih dari 700 orang dan menyebabkan longsor dan kerusakan bangunan pada area yang luas. Menurut Maggs (1988) gempa ini terjadi di dekat batas geologi antara cekungan Indo-Gangetic dengan pegunungan Himalaya, pusat gempa sekitar 200 km sebelah tenggara Katmandu.

Hasil riset Jouanne et. al (1999) menggunakan pengukuran GPS, mengusulkan 15 +/−5 mm/yr of N180° kecepatan konvergensi antara Pegunungan Himalaya dengan India. Hasil ini konsisten dengan hasil pemendekan utara-selatan di sepanjang bentuk lengkung dari Himalaya Nepal dan sebuah underthrusting miring dari kerak India di bawah Pegunungan Himalaya di sebelah barat Nepal.

Hasil finite fault model gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Hasil finite fault model gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Hasil cross section distribusi slip gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Hasil cross section distribusi slip gempa Nepal 2015 (sumber: USGS)

Hasil finite fault dari USGS, menunjukkan gempa ini menghasilkan slip maksimum 4 meter. Bidang nodal yang paling cocok dan dipertimbangkan sebagai bidang patahan (fault plane) dari gempa ini yaitu bidang nodal 1 dengan strike 295 dan dip 10 derajat. Momen seismik yang dirilis dari bidang patahan ini yaitu sebesar 8.1 x 10^27 dyne.cm (Mw = 7.9) menggunakan model kecepatan kerak bumi  1D yang diinterpolasi dari CRUST2.0 (Bassin et al., 2000).

Mengapa gempa ini sangat merusak? (to be continued)

Beberapa penjelasan lain terhadap gempa ini dapat dilihat di sini

Gempa Nepal adalah Gejala Mekanisme Pembentukan Himalaya,

Click to access 20150425.pdf

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2011JB009071/full

http://geofon.gfz-potsdam.de/eqinfo/special/gfz2015iatp/

http://www.crs.inogs.it/everest/EVN.htm

Gempabumi Meulaboh 01 Agustus 2014 Mw4.9

Peta Goncangan Gempa Meulaboh 01 Agustus 2014 Mw4.9

Peta Goncangan Gempa Meulaboh 01 Agustus 2014 Mw4.9

Hari Jumat, 01 Agustus 2014, masyarakat di wilayah Aceh kembali merasakan kejadian getaran gempa. Gempabumi ini terjadi pada pagi hari pukul 10:10 WIB. Gempa ini merupakan gempabumi tektonik berkekuatan 5.1 Skala Richter (BMKG). Atau tepatnya berkekuatan 5.13 M atau 5.02 Mw(mB) menurut hasil analisa seiscomp3 InaTEWS BMKG.

Magnitudo M merupakan magnitudo summary yang terdiri dari pemberatan rata-rata untuk tiap magnitudo yang ada dan menghasilkan kemungkinan terbaik diantara magnitudo-magnitudo yang ada. Sementera magnitudo Mw(mB) merupakan magnitudo moment (Mw) yang diturunkan dari magnitudo body wave broadband (mB).

Sementara menurut hasil analisis momen tensor GFZ (otoritas kegempaan Jerman), gempa ini berkekuatan 4.9 Magnitudo moment (Mw). Lembaga survei geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat gempa ini juga berkekuatan 4.9 M.

Menurut Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Tsunami Regional I Medan BMKG, gempabumi ini dirasakan oleh penduduk di Kota Meulaboh dan sekitarnya pada skala II MMI (Modified Mercally Intensity) dan III MMI di Kecamatan Ketol dan sekitarnya di Kabupaten Aceh Tengah. Selain itu, gempa ini juga dapat dirasakan oleh masyarakat di Banda Aceh, ibukota Propinsi NAD pada skala III MMI. Belum ada laporan mengenai kerusakan fisik yang terjadi disebabkan oleh gempabumi tektonik ini.

Pada skala II MMI, getaran dirasakan oleh beberapa orang yang tinggal diam, terlebih di rumah bertingkat. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Sementara III MMI, getaran dirasakan nyata di rumah tingkat atas. Getaran seakan ada truk lewat.

Gempa ini merupakan gempa darat yang pusat gempanya ada di daratan Pulau Sumatera di wilayah Aceh barat. Pusat gempa ini berada pada koordinat 4.46 Lintang Utara (LU) dan 96.41 Bujur Timur (BT) pada kedalaman 12 km, menurut InaTEWS BMKG. Episenter gempa ini berada kira-kira 28 km sebelah timur laut Kabupaten Aceh Barat, atau sekitar 37 km arah barat laut Kabupaten Nagan Raya, Propinsi NAD.

Sementara menurut USGS, pusat gempa ini berada pada koordinat 4.524 LU dan 96.436 BT pada kedalaman 29.9 km. Episenter ini berada sekitar 54 km timur laut Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Menurut GFZ, pusat gempa ini berada pada koordinat 4.41 LU dan 96.37 BT, pada kedalaman 16 km.

Hasil analisis momen tensor gempa Meulaboh 01 Agustus 2014 Mw4.9

Hasil analisis momen tensor gempa Meulaboh 01 Agustus 2014 Mw4.9

Menurut hasil analisis momen tensor GFZ, gempa ini merupakan gempabumi dengan mekanisme sumber bertipe sesar geser (strike slip fault). Mekanisme fokus gempa dengan bidang nodal pertama Strike=310 Dip=77 Slip=-176, dan bidang nodal kedua Strike 219 Dip 87 Slip -12. Momen seismiknya Mo=2.5 x 10^16 Nm.

Dilihat dari posisi pusat gempanya dan hasil analisis momen tensor GFZ, dapat kita tarik kesimpulan sementara bahwa gempabumi ini merupakan gempabumi darat yang berasosiasi dengan sistem patahan besar Sumatera (Sumatra Fault System/SFS) tepatnya akibat aktivitas segmen Aceh.

Hal ini merujuk pada segmentasi yang dilakukan oleh Sieh dan Natawidjaja pada paper Neotectonics of the Sumatran Fault, Indonesia. Segmen Aceh memiliki panjang 229.226562 km mulai dari koordinat 5.754 LU dan 95.044 BT sampai dengan 4.400 LU 96.598 BT.

Segmen Aceh, menurut Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa 2010, memiliki kecepatan pergerakan rata-rata (slip rate) sekitar 2 mm per tahun, panjang patahan sekitar 230 km berarah baral laut-tenggara dengan kekuatan gempa terbesar diestimasi sekitar 7.7 skala magnitudo.

Bila memperhatikan arah jurus patahan, kita dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan terbesar bidang patahan (fault plane) adalah bidang nodal pertama dengan strike 310, dip 77 dan rake -176.

Jika menggunakan rumus empiris Wells and Coppersmith (1994), dengan Mw 4.90 maka didapatkan panjang patahan bawah permukaan 2.41 km dan lebar patahan bawah permukaan 2.66 km. (*)

Gempabumi Pacitan 14 Juli 2014 Mw5.4

Peta Goncangan Gempa Pacitan, 14 Juli 2014 Mw5.4

Peta Goncangan Gempa Pacitan, 14 Juli 2014 Mw5.4 (Sumber: InaTEWS BMKG)

Hari Senin tanggal 14 Juli 2014 siang hari pukul 12:05 WIB, terjadi gempabumi tektonik di lepas pantai selatan pulau Jawa. Pusat gempa berada pada koordinat 9.06 Lintang selatan (LS), 111.24 Bujur Timur (BT) pada kedalaman 10 Km (InaTEWS BMKG). Posisi episenter gempa ini berada sekitar 104 km sebelah tenggara Kabupaten Pacitan, Jawa Timur atau sekitar 109 km Barat Daya Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Menurut USGS (badan geologi Amerika Serikat), pusat gempa ini berada pada koordinat  8.909 LS dan 111.248 BT pada kedalaman 59.5km (37.0mi). Sementara menurut hasil analisis momen tensor dari otoritas kegempaan Jerman (GFZ), pusat gempa ini berada pada koordinat 8.80 LS dan 111.23 BT pada kedalaman 58 km.

BMKG kemudian melakukan quality control terhadap parameter cepat yang sudah dikeluarkan. BMKG melakukan update pusat gempa yaitu pada koordinat 8.84 LS dan 111.22 BT pada kedalaman 64 Km.

Gempa ini dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat di Pulau Jawa. Berdasarkan InaTEWS BMKG, berikut lokasi-lokasi yang dilaporkan merasakan gempa ini pada skala MMI (Modified Mercally Intensity):

  • Pacitan (III-IV MMI)
  • Trenggalek (III-IV MMI)
  • Karangkates (III-IV MMI)
  • Jember (III-IV MMI)
  • Jogja (III MMI)
  • Solo (III MMI)
  • Malang (III MMI)
  • Lumajang (II-III MMI)
  • Kute (II-III MMI)
  • Blitar (II-III MMI)

Hal yang senada diungkap oleh berita-berita di media massa. Di Pacitan, gempa mengakibatkan sempat terjadi kepanikan, sebagian masyarakat berhamburan keluar rumah atau bangunan. Satu unit bangunan rumah di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dilaporkan ambruk akibat gempa ini. Rumah yang dimaksud berada di Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan. Ratusan PNS yang bekerja di gedung Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Trenggalek bahkan ikut berlarian menyelamatkan diri dari gedung dua lantai tempatnya bekerja (sumber: suarasurabaya.net)

Gempa bumi juga terasa kuat di Kabupaten Gunung Kidul. Kuatnya getaran gempa membuat pegawai Pemkab Gunung Kidul panik dan berhamburan ke luar ruangan (sumber: news.viva.co.id).

Kompas.com memberitakan dan mengutip dari Tribun Jogja, getaran gempa dirasakan oleh warga Yogyakarta, termasuk di Jalan Jenderal Sudirman 52, kantor Tribun Jogja. Gempa sempat dirasakan oleh sejumlah karyawan yang sedang bekerja. Sejumlah pengunjung pertokoan Gardena, Yogyakarta juga berhamburan keluar karena panik (sumber: suaramerdeka.com). Di Kabupaten Bantul, rumah salah satu warga Dusun Petir, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan pun mengalami retak-retak (sumber: tribunnews.com). Gempa ini juga mampu membuat Gedung DPRD Jawa Tengah di Semarang terasa bergoyang (sumber: okezone.com).

Gempa juga membuat warga Kota Kediri yang sedang menikmati istirahat siang berhamburan keluar rumah sambil berteriak. Di sana, gempa bahkan mampu menggoyang atap rumah seng hingga memicu kepanikan (sumber: tempo.co).

Dua bangunan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, roboh akibat guncangan gempa bumi ini. Dua bangunan yang roboh tersebut adalah Gereja Masehi Advent di Desa Poncol, Kecamatan Poncol dan rumah warga milik warga di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan (sumber: republika.co.id).

Gereja Advent di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan ambruk karena guncangan gempa Pacitan 14 Juli 2014 (sumber: jawapos.com)

Gereja Advent di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan ambruk karena guncangan gempa Pacitan 14 Juli 2014 (sumber: jawapos.com)

Menurut hasil analisis menggunakan seiscomp3 oleh InaTEWS BMKG, didapatkan bahwa gempa ini berkekuatan 5.6 Skala Richter (BMKG). Atau tepatnya berkekuatan 5.56 Mw(mB) atau 5.79 mb. Setelah dilakukan quality control, didapatkan bahwa gempa ini berkekuatan 5.4 Mw(mB).

Hasil analisis momen tensor gempa Pacitan 14 Juli 2014 (Sumber: GFZ)

Hasil analisis momen tensor gempa Pacitan 14 Juli 2014 (Sumber: GFZ)

Menurut USGS gempa ini berkekuatan M 5.7 dan menurut hasil analisis momen tensor GFZ, gempa ini berkekuatan 5.4 MW (Magnitudo Momen) dengan momen seismik Mo=1.7 x 10^17 Nm.

Hasil analisis momen tensor GFZ menunjukkan mekanisme pusat gempa ini bertipe patahan naik (thrust fault). Bidang nodal pertama dengan Strike= 99 Dip=59 Slip=  88 dan bidang nodal kedua dengan strike 282 dip 31 dan slip 93.

Ditinjau dari kedalaman pusat gempanya, gempa ini masih tergolong gempa dangkal. Gempa ini dapat kita simpulkan sebagai gempa tektonik interplate yang disebabkan oleh pertemuan lempeng samudera Indo-Australia dengan lempeng benua Eurasia.

Wilayah selatan Jawa Timur juga merupakan wilayah dengan seismisitas yang tinggi. Sebagian besar gempabumi berpusat di dasar laut sehingga pernah terjadi tsunami di Jawa Timur yaitu akibat gempa Banyuwangi tahun 1994. Tsunami pernah terjadi di selatan Pacitan tanggal 20 Oktober 1859 (Soloviev dan Go, 1974 dalam Yudhicara, 2011).

Rohadi (2011) berkesimpulan bahwa wilayah selatan Jawa Timur merupakan wilayah yang aktif dilihat dari nilai parameter seismotektonik. Rohadi (2011) mengungkap bahwa ada zona gap kegempaan di sekitar selatan Jawa Timur yang berpotensi akan terjadi gempa besar di waktu yang akan datang. (*)

 

Gempabumi Nias 05 Juli 2014 Mw5.8

intensity05juli14

Peta goncangan gempa Nias 05 Juli 2014 Mw 5.8

Pada hari Sabtu tanggal 05 Juli 2014, pukul 16:39 WIB, terjadi gempabumi tektonik yang cukup dapat dirasakan banyak orang di Kepulauan Nias dan Simeulue. Gempa ini mengguncang pulau-pulau yang ada di lepas pantai barat pulau Sumatera bagian utara. Pusat gempa berada pada koordinat 1.89 Lintang Utara, 96.80 Bujur Timur pada kedalaman dangkal 10 Km. Episenter gempa ini berada sekitar 91 Km sebelah barat laut Nias Utara, Propinsi Utara. Atau tepatnya sekitar 68 km sebelah barat laut Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara atau 81 km sebelah tenggara Sinabang, ibukota Kabupaten Simeulue, NAD.

Menurut hasil analisis momen tensor GFZ, pusat gempa ini berada pada koordinat 1.95 LU, 96.89 BT pada kedalaman 26 Km. Sementara menurut USGS (Badan Geologi Amerika Serikat), pusat gempa ini berada pada koordinat 1.995 LU, 97.015 BT pada kedalaman 30.0 km (18.6mi). Sementara menurut hasil analisis momen tensor menggunakan program SWIFT BMKG, posisi pusat gempa berada pada koordinat 2.0 LU, 97.0 BT pada kedalaman 15 Km. Continue reading →

Gempabumi Pidie 27 Juni 2014 M4.7

Peta Goncangan Gempa Pidie 27 Juni 2014 M4.7

Peta Goncangan Gempa Pidie 27 Juni 2014 M4.7

Pada hari Jumat, 27 Juni 2014 tepatnya siang menjelang sore hari pukul 14:35 WIB, kembali terjadi gempabumi tektonik di darat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pusat gempa ini yaitu berada pada koordinat 4.99 Lintang Utara, 95.94 Bujur Timur pada kedalaman 10 Km (Menurut InaTEWS BMKG). Atau posisi episenter gempa ini berada di darat sekitar 16 Km sebelah barat daya Kabupaten Pidie, Propinsi NAD. Continue reading →

Gempabumi Simeulue 17 Juni 2014 M4.8

Peta Goncangan Gempa 17 Juni 2014 M4.8 (Sumber: InaTEWS BMKG)

Peta Goncangan Gempa 17 Juni 2014 M4.8 (Sumber: InaTEWS BMKG)

Pada hari Selasa, 17 Juni 2014 pagi hari pukul 06:15 WIB, terjadi gempabumi tektonik yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Gempa ini berkekuatan 4.8 Skala Richter (BMKG), dan dapat dirasakan pada skala II-III MMI (Modified Mercally Intensity) di Pulau Simeulue, Provinsi NAD. Menurut laporan, belum ada kerusakan yang disebabkan oleh gempa ini.

Posisi pusat gempa tepatnya berada pada koordinat 2.69 LU, 96.38 BT pada kedalaman 15 Km (InaTEWS BMKG). Episenter gempa ini tepatnya berada sekitar 25 km sebelah timur laut Kota Sinabang, ibukota Kabupaten Simeulue. Continue reading →

Gempabumi Aceh Tengah 05 Juni 2014 M4.8

Peta goncangan gempa Aceh Tengah 05 Juni 2014 M4.8

Peta goncangan gempa Aceh Tengah 05 Juni 2014 M4.8

Hari Kamis, 05 Juni 2014, masyarakat Aceh kembali merasakan guncangan gempa. Kali ini merupakan gempabumi tektonik dangkal berkekuatan 4.8 Skala Richter yang terjadi pada pukul 15:11:55 WIB. Pusat gempa berada pada koordinat 4.4 LU dan 96.51 BT pada kedalaman 10 km menurut InaTEWS BMKG. Episenter gempa ini berada sekitar 42 km sebelah barat daya Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Propinsi NAD.

Gempa ini dilaporkan dapat dirasakan masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah sebelah timur dan sekitarnya pada skala III-IV MMI (Modified Mercally Intensity). Di sana, sebagian besar masyarakat merasakan gempa seperti ada truk besar yang lewat, jendela dan pintu berbunyi dan dinding berderik. Tetapi belum ada kerusakan fisik yang dilaporkan terjadi di sana.

Di  Takengon,  ibukota Kabupaten Aceh Tengah, dan sekitarnya gempa ini dilaporkan dapat dirasakan pada skala II-III MMI. Getaran di sana hanya dirasakan oleh beberapa masyarakat yang sedang diam, terutama di lantai-lantai atas gedung bertingkat, benda-benda ringan yang bergantung dapat bergoyang. Gempa ini bahkan dapat dirasakan di Banda Aceh, ibukota Propinsi NAD dan sekitarnya, pada skala I-II MMI. Di sana, hanya beberapa orang yang diam di lantai-lantai atas gedung bertingkat yang dapat merasakannya. Continue reading →

Analisis Kejadian Gempabumi Outer Rise Barat Sumatera 18 Mei 2014 M6.4

intensity 18mei14

Shake Map gempa outer rise barat Sumatera 18 Mei 2014 M6.4

Hari Minggu, tanggal 18 Mei 2014, telah terjadi gempabumi tektonik di lepas pantai Sumatera bagian utara. Gempa terjadi pada pagi hari pukul 08:02:31 WIB. Pusat gempa berada pada koordinat 4 LU, 92,71 BT pada kedalaman 15 km (menurut InaTEWS BMKG). Episenter gempa berada di laut kira-kira 342 km sebelah barat daya Kabupaten Aceh Jaya, NAD. Atau berada sekitar 351 km sebelah barat daya Kota Sabang.

Gempabumi tektonik ini berkekuatan 6.37 Mw(mB). Sementara menurut GFZ, berkekuatan 6.0 Mw (magnitudo momen). Mw(mB) merupakan jenis magnitudo momen yang didapat secara empiris dari magnitudo body gelombang broadband (mB). Continue reading →